KONVERSI MINYAK TANAH KE LPJ
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia-eVboshDF7MMFS7dSXYceYb0ktd5GN7ilaiwMG44wb9gPRCBBn9hlvDQ7qbzpdk28I4o_Tc3fDcfbFCjsygW6Gsi-S7Rz5Z88QUA25Z-GNH62Q4oscB43gSXuCnXQxIY-d-ph87zEug/s400/g1.jpg)
Kebutuhan manusia yang tidak terbatas selalu dibatasi dengan ketersediaan sumber daya untuk memenuhinya. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan tersebut mengakibatkan opportunity cost. Jikalau kita tinjau, permasalahannya bermula dari keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) di dunia yaitu dengan semakin melambungnya harga minyak dunia. Satu-satunya jalan ialah Indonesia dapat mengelola minyak bumi yang ada di Indonesia sendiri guna mengurangi tingkat ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara penghasil minyak seperti Arab. Namun sangat disayangkan, ternyata kenyataan berkata lain karena Indonesia sendiri belum cukup mandiri untuk mengelola minyak bumi yang ada di tanah Indonesia ini karena keterbatasan teknologi yang ada di Indonesia.
Melihat hal tersebut maka pemerintah mencarikan solusi supaya masyarakat dapat berhemat dalam pemakaian bahan bakar untuk sehari-hari. Di sisi lain pemerintah juga tidak tinggal diam dengan turut menghemat atau mengalokasikan anggaran dana APBN untuk hal lain. Oleh karena itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG, yang mana jika dilakukan penghitungan yang cermat maka masyarakat dengan biaya yang sama dapat menggunakan LPG yang lebih menguntungkan daripada minyak tanah. bagi manusia dalam menentukan pilihan alokasi sumber daya yang dimilikinya.
Efektivitas Penggunaan LPG dibanding Minyak Tanah
Bila masyarakat sudah meninggalkan minyak tanah, pemerintah Indonesia memang mendapatkan kebaikan karena peningkatan efisiensi. Dalam perbandingan subsidi, untuk minyak tanah adalah sebanyak Rp.36,65 trilyun, sementara untuk LPG Rp.16,53 trilyun. Artinya pemerintah Indonesia bisa berhemat sekitar Rp.20 trilyun bahkan bisa lebih besar.
Hal tersebut didukung pula dengan fakta bahwa harga minyak tanah Rp.2.500/liter sedangkan elpiji hanya Rp.1.800/liter sehingga dengan menggunakan elpiji akan lebih murah bila dibandingkan dengan minyak tanah. “ Kalau untuk satu keluarga menggunakan minyak tanah 30 liter per bulan maka akan mengeluarkan biaya sebesar Rp.75.000 sedangkan kalau pakai elpiji hanya 12 kilogram dengan harga Rp.40.000 hingga Rp.50.000 maka akan ada penghematan sebesar Rp.25.000/bulan .”
Berdasarkan fakta, kebutuhan minyak tanah adalah 10 juta kiloliter per tahun. Subsidinya hingga Rp.600 milyar per tahun. Kalau tidak diatasi hal ini merupakan salah satu komponen pembangkrut negara. Namun demikian, rangkaian kekacauan konversi minyak tanah ke LPG, karena kurangnya komitmen petinggi-petinggi negara yang diserahi amanah kepada detail-detail persiapan, perencanaan, sosialisai, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak.
1. LPG lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan minyak tanah yaitu:
v Lebih hemat : dilihat dari segi harga, penggunaan LPG lebih hemat Rp.3.000/minggu. Hal tersebut didasarkan atas fakta bahwa pada penggunaan kompor gas selama seminggu secara umum, rumah tangga akan mengunakan LPG dengan massa 3kg (dari 3kg massa LPG tersebut sama dengan 5,22 liter minyak tanah), sedangkan dari jumlah 5,22 liter tersebut, ternyata jumlah tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga pada umumnya pula selama 5 hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa penggunaan LPG lebih hemat dan irit dibandingkan penggunaan minyak tanah karena memiliki selisih 2 hari penggunaan dengan konversi massa yang sama.
v Lebih praktis : Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan minyak tanah dengan bukti semisal pada saat kita menggunakan kompor minyak tanah, kita perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi lain ketika kita menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka kita tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas, kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah kemudahan dalam perawatannya.
v Lebih ramah lingkungan : dilihat dari segi emisi (gas pembakaran) ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.
Menurut kelompok kami, ini adalah bentuk proses kreativitas di balik perubahan yang dilakukan Pemerintah dalam upaya menciptakan produk yang dapat membantu perekonomian masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan inovasi penggunaan minyak tanah ke gas elpiji ini juga memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan pemerintah khususnya dalam penghematan pengeluaran belanja rumah tangga. Namun, penggunaan gas elpiji juga memiliki resiko yang tinggi, jika kita tidak berhati-hati menggunakannya, jadi untuk mendukung suksesnya program pemerintah ini juga harus di dukung masyarakat yang senantiasa berhati-hati dalam penggunaannya.
Disusun oleh :
1. RISCA APRIYANA: 3201105014
2. LYLY YULIANE : 3201105106
3. SELLY WIJAYANTI : 3201105055
4. NOVITA SURYA PUSPITA : 3201105015
5. LIONI MONIKA INDRI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar