Sabtu, 24 Maret 2012

Tingkatan Managemen

3 komponen yang terdapat di dalam managemen yaitu :
1. Tingkatan Managemen
2. Struktur Organisasi
3. Pencapaian Managemen

Tingkatan managemen :


 1. Top Manager (manager puncak)
Orang-orang yang menduduki posisi ini peluangnya cukup kecil atau jumlahnya sedikit. Manager puncak bertanggung jawab atas managemen keseluruhan dari organisasi. bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer)

2.  Middle Manager (manager menengah)
Manager menengah mengarahkan kegiatan manager lain yang biasanya juga mengarahkan pekerja langsung. Peluang untuk berada di posisi ini cukup besar mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Low Manager (manager garis pertama)
Tingkatan paling rendah disuatu organisasi dimana seseorang bertanggung jawab akan tugas yang telah terbagi-bagi atas tugasnya. Peluang untuk berada di posisi ini sangatlah besar dan banyak jumlahnya dibanding tingkatan managemen lainnya.

Hubungan erat antara level managemen dan struktur organisasi yaitu :
1. Terperinci
2. Garis Koordinasi
3. Bagian Jelas
4. Tugas terfokus

 Contoh Struktur Organisasi


Struktur organisasi pada umumnya digambarkan dalam suatu bagan. Dari bagan tersebut tampak suatu gambar struktur organisasi yang formal, dimana terlihat adanya garis lini (instruksi dan koordinasi) yang menunjukkan kewenangan dan hubungan komunikasi formal yang tersusun secara hirarkis. Dalam hubungan tersebut  dituntu adanya tanggung jawab. Bukti bahwa adanya stuktur organisasi ini adalah tanggung jawab kepada atasan dan seorang Top Manager bertanggung jawab pada Pemerintah setempat.


Posted by : Selly Wijayanti (3201105055)
Literature by : Lyly Yuliane (3201105106)
Session : Jurnal Mingguan 2
At : Minggu, 25 Maret 2012. 12:51 WIB

Selasa, 20 Maret 2012

value kepemimpinan


Tak dapat dipungkiri bahwa banyak perusahaan yang berusaha untuk mempertahankan pemimpin besarnya karena ketakutan akan kosongnya posisi kepemimpinan yang dianggap ideal. Padahal pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu meninggalkan warisan penting, bukan dalam bentuk kondisi perusahaan yang sukses besar, nilai saham meroket, strategi ampuh, atau hal lain yang sifatnya sementara, namun warisan seorang pemimpin yang sesungguhnya adalah values yang dihayati dan menjadi pedoman bagi penerusnya dalam melanjutkan dan mensukseskan organisasi. Banyak yang terjadi selama ini justru pemimpin banyak meninggalkan personal value terkait dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan di perusahaan tersebut, sehingga akan musnah seiring dengan musnahnya/ hilangnya pimpinan tersebut.
Value (nilai dasar) sebagai bagian dari budaya perusahaan yang dipegang teguh dan diyakini oleh semua karyawan kemudian teraplikasi dalam perilaku mereka dan akan menjadi tulang punggung keberlangsungan perusahaan. Perusahaan memang membutuhkan strategi, kepemimpinan yang tangguh, sistem yang rapi, serta orang yang terampil menjalankan bisnis, namun kesemuanya itu harus direkatkan dalam bingkai yang sama berupa landasan nilai budaya yang sama. Hal ini akan menjadi alat yang ampuh dalam memenangkan hati karyawan sebagai motor jalannya operasional perusahaan.
BUILDING CULTURE 
Budaya perusahaan sesungguhnya mencakup dua elemen dasar yaitu nilai-nilai (shared values) dan perilaku (common behaviour). Shared values adalah nilai yang diyakini bersama dan sebagai pedoman utama bagi setiap karyawan, cenderung tidak nampak  dan hanya bisa dirasakan oleh orang-orang dalam yang menjadi pondasi dari budaya perusahaan. Common behaviour adalah panduan praktis karyawan dalam mengimplementasikan nilai yang diyakini sekaligus mencakup sanksi bagi yang melanggar maupun reward bagi yang melakukannya. Berbeda dengan value, hal ini sangat terlihat khususnya oleh pelanggan. Jika diibaratkan gunung es, shared value adalah bagian dasar gunung yang tertutup air laut, sedangkan common behaviour adalah puncak gunung yang tampak di permukaan air laut. Nilai budaya perusahaan memerlukan rumusan yang sederhana agar mudah dicerna, sehingga bukan hanya menjadi kata-kata yang indah tanpa makna, mudah dihapal dan dipahami oleh seluruh karyawan. Tidak hanya itu, nilai budaya perusahaan juga harus memberikan direction dan motivation, bagaimana hal yang benar dan salah, yang harus dilakukan atau tidak, yang harus didorong dan diprioritaskan dan mana yang tidak, serta harus menjadi energi yang tidak pernah berhenti memotivasi karyawan dalam menjalankan aktivitasnya.
LEADERS AS “VALUE BUILDER” 
Seluruh pimpinan adalah value builder. Ketika nilai budaya itu belum ada, maka tugas pemimpin adalah membangunnya, selanjutnya menanamkan nilai-nilai tersebut kepada seluruh karyawan, dan menegakkan nilai tersebut agar terus hidup, lestari, dan berkembang seiring dengan berkembangnya perusahaan. Pemimpin telah mentuntaskan tugasnya saat ia mampu mentransformasikan penerusnya menjadi pemimpin-pemimpin baru yang memiliki nilai luhur (values) yang ditanamkan oleh pimpinan, bukan personal value namun lebih kepada corporate values yang selalu hidup bersama perusahaan bahkan sampai dengan seratus tahun kedepan. Corporate value yang mengakar kuat akan mempengaruhi setiap karyawan baru, melalui interaksinya dalam aktivitas sehari-hari, karyawan akan mengalami transformasi diri perlahan, sehingga tanpa kehadirannya, pemimpin telah mentransformasikan karyawan tersebut agar memiliki nilai yang ada dalam corporate values.
BUILDING STRONG CULTURE 
Corporate culture yang “bagus” bagi suatu perusahaan belum tentu “bagus” pula di perusahaan lain. Budaya perusahaan harus mampu menjawab tantangan bisnis internal dan eksternal perusahaan, dan karena setiap perusahaan memiliki tantangan yang berbeda, maka masing-masing harus bisa merumuskan budaya yang paling sesuai dengan perusahaannya. Tantangan eksternal bisa merupakan tantangan makro yang dihadapi (teknologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, market), kompetisi, dan perubahan perilaku konsumen. Sedangkan faktor internal terkait dengan visi misi perusahaan dan strategi bisnis umum perusahaan. Hal ini yang menyebabkan bahwa perumusan nilai perusahaan mengacu pada konteks bisnis yang melingkupi perusahaan. Yang terpenting adalah budaya perusahaan harus benar-benar diimplementasikasn secara konsisten, tidak sekedar dirumuskan sebagai pemanis, namun dapat dipegang teguh sebagai acuan perilaku karyawan, dan terinternalisasi secara kuat dalam perusahaan. Sehingga tugas besar perusahaan adalah bukan sekedar merumuskan “good culture” namun juga menjadikannya sebagai “strong culture”.
Nilai budaya bukan hanya berupa konsep namun juga terwujud dalam keseharian perusahaan. Benar adanya istilah“Customer is king”, kita harus bisa memahami karakteristik konsumen, namun sebelumnya dan juga penting adalah bagaimana kita mampu menggarap orang-orang yang ada, sebagai asset penting dan ampuh dalam menjawab tantangan global saat ini, yang pengelolaannya harus direkatkan dalam bingkai yang sama berupa landasan nilai budaya yang sama. Dalam hal ini peran pemimpin sangatlah besar dalam menanamkan nilai budaya bagi perusahaannya, menjadikan value tersebut mampu dihayati dan menjadi pedoman bagi penerusnya dalam melanjutkan dan mensukseskan organisasi. Warisan luhur ini akan selalu hidup bersama perusahaan bahkan sampai dengan seratus tahun kedepan.
 Leaders must be able to make the values alive”. Pemimpin harus bisa menjadikan nilai perusahaan hidup dalam aktivitas perusahaan.
 

posted by : Selly Wijayanti
session : Artikel mingguan 1
At : 20 Maret 2012, 20:51 WIB. 

ORGANISASI


Organisasi adalah tempat terjalinnya sebuah mutu. Mutu akan terbentuk jika tindakan akan berdampak pada orang lain. Kriteria organisasional berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran yang terbaik  dari sumberdaya yang dimiliki dan dikelola. 

Ciri-ciri yang terdapat pada suatu organisasi diantaranya : 
1. Kelompok individu : di dalam kelompok terdapat individu-individu yang saling berinteraksi dan terjalin suatu komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Managemen (pusat kekuasaan) : Dalam mencapai tujuan kelompok individu diperlukan suatu managemen yang baik. Semua itu diarahakan untuk 
3.Adanya tujuan : Bentuk dari sebuah organisasi dapat dilihat dengan adanya Visi dan Misi yang dibuat oleh Ketua organisasi tersebut. Hal ini terbukti saat indicidu ingin mencalonkan diri sebagai ketua, Ia akan membuat sebuah visi dan misi yang dapat menunjang perannya sebagai pemimpin.


Pemimpin mempunyai peran besar bagi suatu organisasi.Peran pemimpinan antara lain :
  1. Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok.
  2. Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
  3. Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
  4. Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.  
 A leader is a dealer in hope - Napoleon Bonaparte
    Namun, dalam organisasi pemimpin juga memiliki ciri tergantikan. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan organisasi bersifat dinamis yang mana individu selalu bergerak dalam mengembangkan potensi untuk menjadi pemimpin di dalam organisasi tersebut.

    Posted by : Selly Wijayanti
    Part : Jurnal Mingguan 1
    At : 20 Maret 2012, 10 : 17 WIB.
    NB : Tugas mencari bukti bahwa organisasi memiliki sifat tergantikan, penyebab, karakter, dll.